Alkisah terdapat seorang mahasiswa Teknik Informatika yang gemar bermain gim, bersama dengan kawan-kawannya, mereka mengikuti ajang kompetisi Game Development yang diadakan Microsoft.  Mereka tidak memenangkan kompetisi tersebut. Namun, dari gim buatan mereka itu, ternyata berhasil menyita perhatian banyak orang ketika dipamerkan di Indonesia Games Show. Ajang tersebut memberi harapan baru bagi tim yang masih duduk di bangku perkuliahan itu untuk memulai perusahaan pengembangan gim. Dengan modal dari patungan setiap anggota tim, mahasiswa tersebut bersama teman-temannya yang mendalami bidang informatika, matematika, teknik elektro, dan seni rupa mendirikan sebuah perusahaan pengembangan gim yang bernama Agate Studio atas landasan hobi yang sama yakni sangat menyukai gim.

Mengenal Agate Studio, Perusahaan Game di Bandung yang Menggaet Kaesang  dalam Produk Game-nya - Tribunsolo.com
  • Facebook
  • Twitter
  • Google+
  • Pinterest
Arief Widhiyasa, rela drop-out dari perkuliahannya demi mengembangkan perusahaan gim bersama teman-temannya yakni Agate Studio.

Dari sepenggal cerita kesuksesan yang singkat diatas, kita dapat menggali suatu informasi. Informasi apa? Apakah kita juga harus DO? “Ketika masih kuliah, kita harus DO untuk memulai bisnis” ucap sebagian pembaca dalam hati. Meskipun pendiri studio gim tersebut sampai harus DO untuk fokus mengembangkan bisnisnya. Arief, CEO Agate, mengatakan “It’s not about the DO-part, but the effort, sacrifices hard work, commitment, passion, and persistence”. Itulah Faktor X yang akan saya bahas.


Apa itu Faktor-X?

Faktor X merupakan faktor yang melekat pada diri semua orang, tak berwujud benda namun dapat dirasakan. Pada diri seorang entrepreneur faktor X sangat mempengaruhi geraknya dalam menjalankan usaha. Awalnya faktor X tidak ada atau sangat kecil sekali, namun apabila kita tekun maka faktor tersebut akan muncul dan tumbuh.

Dalam bisnis, Faktor X dapat kita pahami sebagai suatu hal yang dapat merupakan bakat, kreativitas, intiuisi ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih dari persaingan yang ada. Larry Brauner menyebutkan bahwa ada enam cara untuk memperkuat faktor x yaitu melalui komitmen, kepercayaan, produksi, diversifikasi, analisis, dan perencanaan. Darren Hardy menyebutkan bahwa faktor x orang yang sukses adalah mampu menerima tanggung jawab pribadi dalam bisnis. Faktor X merupakan salah satu kunci untuk mengatur strategi agar bisnis yang dijalankan sesuai dengan yang diinginkan.

Dari kisah diatas, kita dapat melihat bahwa Faktor X yang ada pada diri CEO Agate adalah keberanian untuk merintis perusahaan gim bersama teman-temannya. Meskipun pada awalnya mereka tidak pernah mendapat posisi juara ketika mengikuti kompetisi pengembangan gim. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat mereka menyerah dan berhenti. Mereka percaya bahwa industri gim di masa depan menjanjikan. Bahkan sang CEO pun sampai harus DO demi bisa fokus untuk mengembangkan perusahaan yang telah dia rintis. Sebuah keputusan yang berat untuk dipilih. Namun hanya keberanian saja tidaklah cukup, faktor x yang mereka punya selain itu adalah memiliki teman-teman yang mempunyai komitmen yang tinggi. Mereka berhasil mengumpulkan dana dengan cara patungan untuk membiayai biaya operasional di awal perusahaan berdiri.

Awalnya, para pekerja di Agate hanya diberi gaji Rp. 50.000 dalam satu bulan. Tidak hanya itu, mereka juga diharuskan bekerja minimal 15 jam sehari hingga 6 hari kerja dari Senin hingga Sabtu. Lebih buruk lagi, pada hari Minggu mereka biasanya melakukan pertemuan manajemen. Jadi bisa dibilang mereka tidak punya waktu libur dengan gaji yang sangat kecil. Namun, dikarenakan hasrat mereka dalam game sangat besar dan mereka percaya bahwa industri game adalah industri masa depan, mereka tidak pernah menyerah dan selalu bekerja keras. Itulah Faktor X yang mereka punya ketika mereka merintis perusahaan pengembangan gim itu.

Menemukan Faktor X

Kisah pendirian Agate Studio dapat menginspirasi kita untuk menemukan Faktor X yang kita miliki dan kembangkan agar kita mampu untuk membangun dan mempertahankan bisnis kita. Faktor X diawali dengan mengenali diri kita, apa kelebihan yang kita punya, apa hal yang ingin kita lakukan. Seperti para pendiri Agate yang merupakan hardcore gamer karena merupakan orang-orang yang sudah menyukai game dari kecil hingga kuliah.

“Kita merasa bahwa game itu membawa value yang sangat besar di hidup kita, kayak misalnya, ketika ada teman-teman lagi sedih atau mungkin kondisi rumahnya nggak terlalu bagus, dengan game itu mereka bisa sangat banyak terbantu.”

Arief Widhiyasa, Pendiri Agate Studio

Carilah pintu yang mampu membuat “X” yang ada pada kita tumbuh. Pintu yang bagus adalah pintu yang didalamnya terdapat ruang besar bagi kita untuk berkembang. Agate Studio tidak akan pernah berkembang seperti sekarang tanpa komitmen dan kerja keras dari seluruh para pendiri yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sebuah game yang menyenangkan sulit untuk dibangun oleh satu orang dengan satu keahlian, dibutuhkan keahlian yang berbeda seperti desain animasi, pemrograman, penulisan jalan cerita, efek suara dan musik. Agate telah memiliki sebagian diawal dan selanjutnya tumbuh semakin besar seiring dengan banyaknya pintu yang telah dibuka.

Semoga tulisan ini dapat menambah informasi dan inspirasi bagi para pembaca terutama yang memiliki minat untuk membangun sebuah usaha sejak kuliah.


Referensi:

  • https://biografi.kamikamu.co.id/arief-widhiyasa-pendiri-agate-studio/
  • https://youngster.id/headline/arief-widhiyasa-passion-nya-di-dunia-game-2/
  • https://indogamers.id/perjalanan-studio-gim-lokal-agate-dulu-penghasilan-rp-50-ribu-per-bulan-kini-merambah-pasar-dunia/
  • https://mm.telkomuniversity.ac.id/id/cerita-inspiratif-dari-studio-agate/
  • https://www.itb.ac.id/news/headline/253/arief-widhiyasa-dan-lika-liku-perusahaan-game-nasional-agate