Abstrak

Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan mewabahnya pneumonia baru yang bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei yang kemudian menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara dan teritori. Wabah ini diberi nama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran penyakit ini telah memberikan dampak luas secara sosial dan ekonomi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan rata – rata abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah penetapan status darurat global ke level tertinggi terkait virus corona oleh WHO.Penelitian ini dilakukan dengan waktu 10 hari. Populasi adalah seluruh saham yang terdapat di BEI dengan sampel yang dipilih adalah indeks LQ45.Metode pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan kreteria – kreteria tertentu. Pandemi COVID-19 telah memukul berbagai sektor, termasuk pasar saham dimana banyak orang ragu untuk berinvestasi saham. Banyak industri terkena dampak Covid-19 dimana sejak Maret 2020 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan karena banyak investor menjual saham yang dimilikinya, tetapi sejak minggu ketiga Mei 2020 hingga awal Juni 2020 telah menunjukkan kenaikan yang mengindikasikan perdagangan saham mulai menunjukkan perbaikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saham-saham sektor apa saja yang masih mampu bertahan di masa pandemi COVID-19, dengan menggunakan data volume perdagangan saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Hasil penelitian menunjukkan bahwa di masa pandemi COVID-19, para investor tetap dapat memperoleh keuntungan dalam berinvestasi saham apabila setiap keputusan yang dilakukan investor tersebut di dukung oleh perhitungan yang matang. Investor harus cermat dalam memilih sektor apa saja yang akan dituju. Investor perlu melakukan analisis fundamental agar tidak salah dalam menempatkan dana, dan melakukan diversifikasi saham untuk mengurangi risiko kerugian yang terlalu besar dalam berinvestasi. Jikas situasi kembali normal maka semua sektor akan bangkit kembali dengan penyesuaian – penyesuaian mengikuti protokol new normal. Saham-saham sektor industri konsumersektor telekomunikasi seperti data, tower dan sektor kesehatan seperti farmasi dan rumah sakit merupakan saham-saham yang dapat menjadi pilihan investor di masa pandemi COVID-19.

Maka dari itu terciptalah untuk membuat sebuah application (app) yang berguna untuk msarakat sekitar dengan memulainnya investasi masyarakat dapat dengan tenang dan terbantu akan ekonominnya sejenis aplikasi tentang per – investasian dan trading yang mana nanti akan dikombinasikan dengan sebuah animasi bahkan efek efek tertentu yang dibutuhkan agar orang ketika menggunakan sebuah app tersebut dapat menikmati dan membuat sedikit tenang bukan hanya sekedar aplikasi yang mana hanya memainkan aja tetapi juga menggunakan modal dan menggunakan analisis dan resiko, seperti halnya game game yang menggunakan sebuah analisis dan membutuhkan uang nyata untuk memcahkan sebuah masalah, dan nantinnya akan berdampak pada pengeluaran terhadap akun yang tertaut dengan aplikasi tersebut dengan adannya ini pencipta berharap dapat meringankan perekonomian bangsa dan dapat mencerdaskan bangsa

Aplikasi; investasi persahaman & trader; covid 19 / corona; ekonomi; masyarakat

COVID-19 telah mendatangkan mala petaka didunia sejak ditemukan di Wuhan China pada akhir tahun 2019. Tidak hanya mempengaruhi kesehatan dan cara hidup manusia tetapi juga ekonomi dan pasar saham. Kehancuran pasar saham tidak dapat dihindari akibat COVID-19.Banyak bisnis-bisnis ditutup/bangkrut, pengangguran melonjak, kemiskinan meningkat, dan rasa ketakutan melanda banyak investor sehingga banyak investor menjual saham yang dimilikinya sehingga harga saham anjlok di seluruh bursa saham dunia.

Berdasarkan hasil analisis deskriftifpada tabel 1 diatas,didapatkan hasil ARRsebelum Penetapan Status Darurat Globalke Level Tertinggi terkait Virus Corona olehWHO yaitu nilai rata – rata 0,0017215,standar deviasi 0,01116143, nilai minimum-0,002436 dan nilai maksimum 0,04047. ARR sesudah Penetapan StatusDarurat Global ke Level Tertinggi terkaitVirus Corona oleh WHO mendapatkan hasilyaitu nilai rata – rata -0,0038149, standardeviasi 0,01081959. nilai minimum -0,03226 dan nilai maksimum 0,01817. DataAAR sesudah adalah tidak bervariasikarena nilai rata – rata yang lebih kecildengan standar deviasi.

Berdasarkan hasil uji normalitas yangterlihat di atas pada tabel 2, didapatkanhasil bahwa nilai signifikansi yaitu ARRsebelum Penetapan Status Darurat Globalke Level Tertinggi terkait Virus Corona olehWHO adalah 0,2 danARR sesudahPenetapan Status Darurat Global ke LevelTertinggi terkait Virus Corona oleh WHOadalah 0,2. Dasar pengambilankeputusan dalam uji uji paired sample t –test yaitu apabila nilai signifikansi kurangdari 0,05 maka hipotesis pertama diterima,sedangkan apabila nilai signifikansi lebihdari 0,05 maka hipotesis pertama ditolak.

Selain itu dampaknegatif dari virus corona, juga berdampakpada tingkat produktivitas dan konsumsimasyarakat yang menjadi menurun karenamasyarakat dituntut untuk beraktifitas didalam rumah agar memutus rantaipenyebaran virus corona. Selain itukebijakan di beberapa negara yangmembatasi seluruh aktivitas masyarakatnyadengan memberlakukan pembatasan sosial, kerja di rumah dan lock down juga menjadipenyebab menurunnya pertumbuhanekonomi di seluruh dunia.Hal tersebut dimungkinkan menjadipenyebab menurunnya pertumubuaninvestasi di pasar modal Indonesia karenainvestor khawatir akan dampak – dampaknegatif dari penyebaran virus corona yangsemakin meluas, sehingga dapat diartikanbahwa investor cenderung menilaiperistiwa Penetapan Status Darurat Globalterkait Virus Corona oleh WHO sebagaisinyal negatif karena dampaknegatif yang ditimbulkan akibat dariperistiwatersebutcukupkuatmempengaruhi keadaan pasar modal diIndonesia sehingga investor lebih memilihmelakukan tindakan untuk menjual sahamuntuk mengatisipasi kerugian investasiyang dilakukan.Melihat hasil uji hipotesis yangsignifikan, dapat disimpulkan bahwakemungkinan investor melakukan aksi jualsaham pada peristiwa Penetapan StatusDarurat Global ke Level Tertinggi terkaitVirus Corona oleh WHO karena investormenganggap bahwa tidak ada keuntunganyang didapatkan dalam melakukaninvestasi ditengah dampak – dampaknegatif dari virus corona.