Sebagai orang muslim sudah terbiasa dalam hidupnya sebelum melakukan sesuatu selalu diawali berdo’a dulu agar apa yang akan yang menjadi hajatnya dimudahkan oleh Allah,SWT. Setelah berikhtiar untuk mengapai hajatnya tersebut secara rutin juga ditutup dengan do’a agar apa yang sudah dilakukan akan di berkahi gusti Allah,SWT. Bahkan setelah sholat fardhu bacaan Dzikir dan istiqosya yang ditutup dengan do’a juga dilakukan setiap hari agar rohman rohim diberikan kepada kita semua yang berdzikir baik secara sendiri-sendiri maupun secara berjamaa’ah.

 

Ada beberapa sahabat muslim lalu bertanya, kenapa kita sudah melakukan prosedur yang insya allah di ridhoi gusti Allah,SWT tapi masih banyak Secara ekonomi dan sosial orang muslim banyak juga yang hidupnya kurang hasana di dunia. sudah berdo’a berkerja keras bahkan juga berkerja Cerdas tapi hajatnya masih saja sepertinya tidak terkabul,rejeki yang begitu-begitu saja tidak berubah, kesehatan makin hari makin tambah berat dan seterusnya. Curcol sering kita dengar disekitar kita,baik teman kita,saudara kita juga mungkin terkadang justru kita sendiri juga secara reflex juga sering su’udhon kepada sang pencipta,kok diabaikan atau sepertinya tidak dihiraukan olehNya. Tuntunanya sudah sesuai,kenapa masih saja seperti itu, apa yang kurang ya ? Atau bisa jadi perlu banyak faktor pendukung yang belum banyak kita ikuti aturannya,ya mungkin kita sebagai hamba Allah,SWT masih sering khilaf dan semaunya sendiri(Karena personal orangnya), ya mungkin kita berdo’a dan bekerja tidak rajin,utun atau istiqomah terus menerus,inginnya kerja instan ndang oleh duwik uakeh. Mungkin kita jarang ada manfaatnya bagi banyak orang lain sehingga kita tidak ada transaksi umpan balik dalam kehidupan sosial kita. Coba kita renungkan sendiri-sendiri. Terkadang kita terlalu optimis berlebihan tetapi kita sendiri termasuk orang yang suka menyalahkan orang lain bahkan tuhan saja juga diprotes. naudzubilla min dzalik.

 

Catatan subuh hari ini, ingin mencoba mengulas firman Allah,SWT di surat al an’aam ayat 160. Yang insya allah akan bisa kita jadikan resep dalam mengapai hajat kita sehingga mudah dikabulkan dengan cepat bahkan berlipat lipat.

 

مَنۡ جَآءَ بِالۡحَسَنَۃِ فَلَہٗ عَشۡرُ اَمۡثَالِہَا ۚ وَ مَنۡ جَآءَ بِالسَّیِّ

ئَۃِ فَلَا یُجۡزٰۤی اِلَّا مِثۡلَہَا وَ ہُمۡ لَا یُظۡلَمُوۡنَ

Barangsiapa telah berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). ―QS. 6:160.

Dalam ayat tersebut ada kalimat man Jaa a bil hasanati,man sopone wong,Jaa a bil hasanati wes nekani kebagusan (dalam ilmu nahwu Jaa a adalah fi’il madi artinya sudah menjalankan), bukan fi’il mudhorek yang hanya mau menjalankan kalau mau menjalankan berarti ilmunya innamal a’malu bin niat (saktemmene Amal iku tergantung soko niate) bisa jadi hanya dicatat sebagai satu Amal kebaikan Karena sudah punya keinginan baik tersebut tapi kalau yang sudah dikerjakan maka akan dibalas Amal kita sepuluh kali lipat Amal kita. Transaksinya menggunakan faktor kali sehingga cepat realisasi do’a dan ikhtiar kita supaya segera di ridho’i gusti Allah,SWT. Kalau pakai ilmu niat saja transkasinya hanya tambah-tambahan, apalagi hanya nambahnya satu saja terlalu lama,padahal hidup kita di dunia terlalu singkat, kita butuh bekal yang banyak sekali Karena perjalanan hidup manusia sangat panjang tanpa ada hentinya setelah kematian. Mari kita keluarkan jurus man jaa a bil hasanati supaya kita termasuk orang-orang yang bisa mengamalkan Hadis Nabi “khoirunnasi anfa’uhum linnas” sebaik-baiknya orang banyak manfaatnya bagi banyak orang. Bismillah semoga kita bisa istiqomah menjalankan ibadah mahdho,ibadah sunnah dan semoga kita banyak manfaatnya untuk banyak orang dan semoga kita kelak mati dalam keadaan islam,iman dan khusnul khotimah. Aamiin yarobbal aalamiin.