Perkembangan zaman adalah suatu hal yang dapat kita rasakan secara nyata dari tahun ke tahun terutama dalam bidang teknologi. Hal tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang dapat dilihat adalah semakin banyak budaya yang dapat kita pelajari secara bebas. Sedangkan dampak negatif yang dapat dilihat adalah anak muda zaman sekarang lebih tertarik untuk mempelajari budaya asing seperti budaya K-pop ataupun budaya Jepang. Kondisi tersebut dapat membuat budaya lokal di Indonesia akan semakin terkikis.
Disisi lain, perkembangan teknologi juga dapat dirasakan dalam industri game. Teknologi tersebut dipadukan dengan game zaman sekarang yang menggunakan AR, VR, maupun Kinect.Hal tersebut terbukti dari gaya hidup anak muda zaman sekarang yang sering memainkan game baik mobile maupun komputer.
Dengan demikian, salah satu upaya untuk melestarikan budaya lokal seperti wayang dapat dilakukan dengan cara membuat produk kreatif berupa game interaktif yang menyisipkan konten edukasi budaya lokal Indonesia yang menggunakan teknologi Kinect.
Tetuko: Childhood of Ghatotkacha, adalah salah satu judul dari game edukasi yang menyisipkan konten budaya lokal.
Budaya lokal yang dimasukkan pada game ini adalah budaya wayang yang berkembang dari generasi ke generasi dan sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Budaya wayang memiliki seni, musik dan penampilan sehingga dalam industri kreatif wayang sangat menjanjikan.[1]
Dalam dunia pewayangan, ada sebuah cerita yang menceritakan tentang tokoh yang terkenal kuat dan bisa terbang. Tokoh tersebut adalah Gatotkaca. Sebanyak 19 dari 20 responden (siswa dan mahasiswa) masih belum mengetahui cerita tentang masa kecil Gatotkaca dan belum pernah mendengar nama Tetuko (nama kecil Gatotkaca).[1]
Secara garis besar game ini akan merekonstruksi ulang dan mensimulasikan cerita sejarah dalam bentuk game sehingga pemain yang berperan sebagai tokoh akan menyaksikan secara langsung cerita sejarah.[1]
Game ini akan berbentuk 3D dengan genre Adventure-RPG dengan menggunakan teknologi Kinect. Pemain akan bermain sebagai Tetuko agar dapat merasakan pertarungan dan permainan secara langsung menurut cerita wayang Gatotkaca sehingga pemain dapat mengerti cerita dan pesan yang disampaikan dalam game ini.[2]
Pemain dapat mengontrol karakter Tetuko untuk melakukan gerakan seperti memukul, menendang, lompat, dan bertahan menggunakan teknologi Kinect untuk mengenali gerakan manusia sehingga pemain dapat merasakan sensasi luar biasa ketika memainkan game interaktif ini.[1]
Sebanyak 8 dari 10 pemain/tester yang berusia 18-21 tahun berpendapat bahwa permainan ini masih sulit untuk dikendalikan dengan baik meskipun game ini sangat menarik. Sedangkan 9 dari 10 pemain/tester yang berusia 18-21 tahun menyatakan bahwa cerita dalam permainan ini memiliki pesan moral. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa kualitas grafik dari game ini luar biasa serta ide dalam penggunaan teknologi Kinect sangat menarik karena Kinect merupakan teknologi yang masih baru.[1]
Menurut, saya ide permainan seperti ini sangatlah bagus terutama jika ditambahkan cerita pewayangan lainnya seperti cerita kisah Leluhur Pandhawa dan lain-lain dengan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa jawa atau bahasa lokal lainnya. Selain itu juga bisa disisipkan unsur seperti Aksara Jawa ataupun muatan lokal lainnya.
Saya harap game semacam ini akan semakin banyak diproduksi karena game ini sangat membantu kita dalam mengenali sejarah dan budaya sehingga wawasan dan pengetahuan pemain akan semakin bertambah.
Daftar Pustaka
[1] Achmad Basuki, Jauari Akhmad NH, Jabbar Nendra Putra, “ Designing and Building of 3D Adventure Game “Tetuko: Childhood of Ghatotkacha” Using Kinect “, EMITTER International Journal of Engineering Technology Vol.2, No.1, June 2014.
[2] Puput Windi S, Design of the RPG Game for History of Indonesia’s Kingdom with Java Language Learning for Kids and Teens, Final Project, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, 2010.
Recent Comments