Data akan kuat “berbicara” saat data disajikan dengan “hidup”. Salah satu cara agar data terasa hidup adalah dengan memvisualiasi data yang ‘pas’.

Mengapa memvisualisasikan Data? Paling tidak ada tiga alasan penting. Pertama, visual akan diproses lebih cepat oleh otak. Kedua, visual lebih menarik dilihat daripada data teks. Ketiga, bisa menceritakan kisah tentang data.

Sebagai contoh data tentang kematian di Iraq dengan penyajian visual yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Padahal data yang disajikan sama.

Kita perhatian gambar 1 yang berwarna merah, dengan judul “Iraq’s bloody toll” (red: Korban Berdarah Iraq). Bandingkan dengan gambar 2 yang berwarna hijau, dengan judul “Iraq: Deaths on the Decline” (red: Irak: Penurunan Kematian).

Beda tidak persepsinya pembaca? Ya, pasti. Dari contoh dua visualisasi dengan data yang sama di atas, kita bisa menyimpulkan. Faktor utama dari visualasi data itu adalah dengan model grafis. Grafispun tidak hanya cukup sekedar gambar. Tapi juga dipengaruhi oleh; pemilihan warna gambar, pola gambar dan font (red: tipografi). Serta yang tak kalah pentingnya, pemilihan judul dari gambar.

Visualiasi data bisa juga untuk mengungkapkan pola, tren, perubahan, dan korelasi. Dengan visual bisa membantu menyederhanakan informasi yang rumit. Visual bisa lebih efektif daripada kata-kata untuk mengubah pikiran orang. Seperti halnya meme lebih ‘pas’ dan ‘masuk’ pesannya daripada uraian kata-kata yang panjang lebar.