From zero to hero. Ini kalimat yang tepat untuk mewakili tim Automatic 3D Anaglyph Camera Holder dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dalam ajang PIMNAS ke 31 yang berlangsung di Universitas Negeri Yogyakarata pada 29 Agustus-2 September 2018 ini. Mereka berhasil menyabet medali emas untuk kategori presentasi dan medali perunggu untuk kategori poster.

Tim yang beranggotakan Ragil Iqbal Tawakal, Akemad Ragel, Nur Rohma Wulandari, Bilal Savero Putra dan Alga Dwi Novianto dari Program Studi D3 Multimedia Broadcasting ini memulai ikut dalam PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) pada tahun 2017 yang lalu. Bermula dari keinginan duo Ragil-Ragel untuk ikut serta dalam PKM dengan berbekal kemampuan di bidang multimedia, dan mencari ide yang sesuai dengan bidang mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengusung ide pembuatan video 3D. Lalu mereka mengajak tiga mahasiswa lainnya, dan mengusulkan proposalnya di PKM Karsa Cipta.

Tahap pertama dimulai. Tim ini lolos pendanaan PKM-KC 2017. Mereka bekerja keras untuk membuat alat bantu dalam menghasilkan video 3D berupa holder. Bolak-balik desain mereka berubah karena banyak kelemahan. Baru pada desain ke enam kalinya, mereka bisa menunjukkan hasil yang baik, meskipun masih ada kelemahan dan tidak bisa mereka selesaikan waktu itu. Dan luar biasanya, mereka lolos PIMNAS 30 yang diselenggarakan di Universitas Muslim Indonesia yang terletak di kota  Makasar tahun lalu. Saat pengumuman lolos, mereka seperti kehabisan nafas dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Maklum dari presentasinya, mereka ini termasuk paling bontot dalam hal istilah-istilah ilmiah. Bahkan, yang namanya sitasi saja mereka belum kenal. Mereka belum bisa menulis karya ilmiah, namun dengan tekad pantang menyerah dan tidak takut salah, mereka berusaha menulis seadanya. Kebetulan mereka masih semester tiga dan semester satu.

Masuk pada tahap kedua. Mereka bertarung di PIMNAS 30. Dalam masa inkubasi, mereka termasuk tim yang tidak diunggulkan. Banyak hal yang mereka tidak mengerti. Dari sisi manapun, mereka tidak ada kans untuk menang. Artikel ilmiah masih acakadul, laporan pokoknya manut aturan soal konten dipikir sebisanya, presentasi yang penting pede. Mungkin hanya poster yang bisa dilihat karena mereka dari Multimedia. Namun, ada satu catatan dari dosen-dosen pembina, bahwa tim ini adalah tim dengan semangat yang luar biasa, pantang menyerah, kerjasama yang sangat solid. Hasilnya tidak ada medali yang bisa diraih waktu itu.

Tahun 2018 ini, memasuki tahap ketiga, berbekal saran-saran dari para dosen pembina, reviewer dan juri, tim ini mulai berbenah. Sayangnya PKM-KC 2018 mensyaratkan hanya 3 anggota. Jadi kali ini anggota yang tetap bertahan dalam tim ini adalah Ragil, Ragel dan Wulan. Tim ini kembali mengusulkan pengembangan dari desain mereka sebelumnya. Mereka lolos pendanaan. Dalam monev eksternal, dosen reviewer mengatakan “sampai jumpa di PIMNAS”. Benar juga, mereka lolos di PIMNAS. Kali ini mereka melakukan pembenahan yang luar biasa. Mereka membuat artikel ilmiah, menyiapkan PATEN dan Hak Cipta, lalu publikasi media. Presentasi juga dilatih sesuai dengan petunjuk pembina.

Wulan, satu-satunya perempuan dalam tim ini mendapatkan tugas yang sulit yaitu membuat poster. Ragil dan Ragel menyiapkan materinya. Pada waktu itu, Wulan juga sedang Kerja Praktek, jadi harus mampu membagi waktu. Tentu sangat menyakitkan, bila desain poster yang diajukan ternyata ditolak oleh dosen pembimbing dan dosen pembina. Dalam waktu yang sempit, Wulan terus mengubah desainnya sampai akhirnya selesai.

Tahap keempat, mereka berjuang di PIMNAS 31. Kali ini mereka sudah termasuk unggulan dalam tim PIMNAS PENS, meskipun bukan yang terbaik. Mereka tetap solid dengan semangat pantang menyerah serta siap kalah dan menang. Mereka fokus pada apa yang mereka hasilkan tanpa takut dengan apa yang dihasilkan oleh tim yang lain. Akhirnya mereka mempersembahkan satu medali emas untuk kategori presentasi dan satu medali perunggu untuk kategori poster. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menunjukkan bahwa semua orang dari semua bidang punya kesempatan yang sama untuk menjadi juara. (Ki Suki)