Ada apa dengan orang-orang pada zaman sekarang?
- Ada yang tidak beragama engkau memusuhi
- Beragama namun berbeda keyakinan engkau memusuhi
- Satu keyakinan namun berbeda aliran engkau memusuhi
- Satu aliran namun berbeda partai engkau memusuhi
- Satu partai namun berbeda pendapat atau sudut pandang engkau memusuhi
- Apakah dunia ini harusnya hanya engkau tinggali seorang diri?
- Setamak itukah engkau?
- Karena itukah rasa persaudaraanmu kau hilangkan?
- Karena itukah rasa kemanusiaanmu kau binasakan?
- Seperti itukah cita-citamu?
Kita tinggal di satu negara dengan luas keseluruhan wilayah mencapai 1,905 juta kmĀ² serta terdiri dari 17,504 pulau, dengan penduduk 261 juta jiwa dimana terdapat lebih dari 300 kelompok etnik dengan 6 agama yang telah diakui Pemerintah. Adanya perbedaan suku, agama, ras, bahasa, budaya, tidaklah khayal ada diantara kita.
Memperuncing perbedaan tidak akan pernah menjadi sebuah solusi di negara manapun. Apa yang dilakukan para pejuang kemerdekaan terdahulu adalah mengesampingkan ego dan perbedaan yang ada serta menyamakan pandangan dan menyatukan kekuatan demi terwujudnya suatu cita-cita bersama yaitu “MERDEKA”.
Perbedaan tak mesti harus memusuhi ataupun melukai. Perbedaan tak mesti harus bercerai-berai.
Justru perbedaan merupakan kekayaan terbesar negara kita, suatu negara pluralis dengan motto Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaanlah yang membuat kita berkarakter. Perbedaanlah yang membuat kita terlihat indah dari Sabang hingga Merauke. Perbedaanlah yang membuat Indonesia menjadi besar dan kuat.
Adanya perbedaan membuat kita memiliki :
- Beragam agama yang terdiri dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khong Hucu
- Beragam etnik (Suku bangsa)
- Beragam budaya atau adat istiadat (upacara adat, baju adat, dan lain sebagainya)
- Beragam bahasa daerah
- Beragam kesenian (lagu daerah, tarian daerah, dan lain sebagainya)
- Beragam makanan khas
- Dan lain sebagainya
Perbedaan membuat kita tahu kalau kita tidak sendirian hidup di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk sosial hidup mendiami suatu negara bersama manusia lainnya. Kita tumbuh di Indonesia bersamaan dengan kemajemukan yang melekat dalam diri kita, walaupun sesungguhnya jauh di lubuk hati kita terdapat kesamaan untuk mencintai negara dan bangsa kita sendiri. Kita hanyalah manusia yang pada dasarnya menginginkan rasa aman, rasa saling percaya, cinta damai, dan oleh sebab itu marilah kita hormati perbedaan itu sendiri.
Dapat kita bayangkan, alangkah indahnya apabila masyarakat Indonesia dari berbagai kelompok agama hidup membaur tetapi tetap memelihara, menjaga, dan mempertahankan keunikan serta menghormati keragaman masing-masing sebagai warisan leluhur dan nenek moyang mereka. Sejatinya, kita telah mengetahui bahwa intoleransi, permusuhan, kekerasan, dan konflik hanya akan memecah belah persatuan kita, jelas dampaknya bisa merugikan dan membawa bencana bagi semua pihak.
Sebagai pengingat sekaligus penutup, bahwa Pancasila bukan lahir tanpa perjuangan. Butuh jutaan nyawa para pejuang kemerdekaan untuk melahirkannya. Dan sesungguhnya kita semua ini adalah generasi pengisi kemerdekaan, tanpa perjuangan para nenek moyang terdahulu, kita bukanlah siapa-siapa.
Oleh karenanya, mari sekali lagi kita mengingat akan cita-cita Pancasila :
- Ketuhanan yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
*Ditulis dalam rangka memperingati :
-Hari lahir Pancasila, 1 Juni 2018
-Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2018
Adi Pranoto
Mantab Benar ulasan bapak Adi Pranoto ini. Ini adalah hasil pengamatan dan keresahan atas yang terjadi akhir akhir ini..
Hehe… matursuwun Pak Aliv