Kalau kita lihat gambar mic, amplifier dan speaker seperti gambar di atas, langsung terlintas dalam pikirian kita, itu untuk menguatkan volume suara.
Mic merubah dari suara ke sinyal audio sebagai input dari amplifier. Sinyal audio yang kecil itu lalu dikuatkan beberapa kali sehingga menghasilkan sinyal audio yang besar. Output dari amplifier ini dihubungkan dengan speaker agar bisa terdengar oleh manusia.
Itulah manfaat dari amplifier, menguatkan sinyal audio agar bisa didengar manusia lebih banyak. Kalau area yang mau terdengar suaranya semakin luas, maka harus dikuatkan pula beberapa kali amplifier tersebut.
Ramadhan dan Amplifer
Pada tulisan ini, marilah kita merenungkan analogi Ramadhan dengan Amplifier terhadap ketaqwaan kita.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.[2:183]
Ayat 183 pada surat Al Baqarah ini, sangat jelas menunjukkan bahwa hanya orang-orang yang beriman yang diwajibkan berpuasa sebagai inputnya. Sedangkan taqwa adalah goal atau target dari proses puasa di “amplifier” ramadhan ini.
Khotib jumat pun, setiap naik mimbar selalu dan bahkan wajib menyampaian pesan meningkatkan taqwa untuk seluruh jamaahnya.
Kalau diibaratkan gambar di atas, antar jumatan yang sebelumnya dan pekan ini, antar ramadhan tahun lalu dengan tahun ini, ada proses feedback dari output yang dikeluarkan berupa ketaqwaan, lalu dimasukkan lagi ke input lagi yang tentunya jika proses amplifier itu benar, maka akan menghasilkan ketaqwaan yang lebih dari sebelumnya.
Lebih-lebih di bulan ramadhan segala amal sholih dioptimalkan dan dilipatgandakan oleh Allah pahalanya. logika sederhananya maka nilai ketaqwaannya semakin besar pula. Inilah yang kami maksud bahwa ramadhan menjadi amplifier ketaqwaan seseorang.
Alat Ukur Ketaqwaan
Output dari amplifier terukur berapa intensitas suaranya dengan satuan desibel. Sederhananya seberapa keras volume yang bisa didengar di area yang dinginkan?
Lalu bagaimana dengan taqwa yang merupakan output dari amplifier yang bernama ramadhan?
Ibarat suara yang setelah masuk melalui mic, secara “nilai”, suaranya tidak terdengar lagi. Begitu juga dengan iman atau kedalaman iman seseorang tidak tampak lagi setelah deklarasi syahadatnya seseorang. Iman itu memang posisinya sangat menghujam kedalam hati yang terdalam.
Tapi ketika suara itu keluar dari speaker akan terdengar jelas jauh lebih besar dari nilai suara yang masuk melalui mic.
Begitu juga Taqwa, akan terlihat bahkan harus tampak efek sosialnya bagi masyarakat sekitarnya ketika keluar dari amplifier ramadhan.
Lebih terukur lagi, gambaran ciri-ciri orang yang bertaqwa ada di surat Al Baqarah ayat 2-5. Ada lima ciri orang-orang yang bertaqwa. Satu, beriman kepada yang ghaib. Dua, mendirikan shalat. Tiga, menafkahkan sebahagian rezekinya. Empat, beriman kepada Kitab (Al Quran). Kelima, yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Dari lima ciri orang bertaqwa di surat Al Baqarah ini, ada empat yang sangat personal kebutuhannya. Hanya ada satu yang ada hubungannya dengan sosial, yaitu menafkahkan sebahagian rezeki.
Namun, meskipun hanya satu kalau yang empat itu tidak terpenuhi akan terasa berat untuk mengamalkan yang satu itu.
Singkatnya ketaqwaan seseorang bisa dirasakan secara personal atau pribadi yang bersangkutan dan harus dirasakan pula oleh masyarakat disekitarnya.
Semakin taqwa seseorang, maka radius area kemanfaatan ketaqwaannya semakin banyak yang merasakan.
Indahnya (bersama) Orang Bertaqwa
Selain ciri-ciri orang yang bertaqwa di surat Al Baqarah tadi, di Surat Ath-Thalaaq [65] ayat 2-3 menyebutkan, ada 3 ciri orang yang bertaqwa. Bagi penulis ciri-ciri ini sangat dahsyat dan betapa indahnya jika kita mempunyainya.
Ciri pertama, orang bertaqwa itu akan selalu diberikan jalan keluar atas segala masalahnya. Kedua, diberi rezki, bahkan dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Terakhir, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Dahsyat bukan? Ayo, siapa yang tidak mau mempunyai tiga ciri orang bertaqwa di surat Ath-Thalaaq ayat 2-3?
Jika orang-orang taqwa ini menjadi pemimpin bagi masyarakat di levelnya masing-masing, maka sungguh indah sekali kehidupan masyarakat dimana orang-orang yang bertaqwa ini berada. Karena Allah sudah menjamin di ayat tersebut.
Untuk menguatkan jaminan Allah di ayat tadi, mari kita baca dan renungkan pula surat Al-A’raaf 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”.
Momentum ramadhan ini, sangat pas dan tepat untuk jadikan ramadhan ini sebagai “Amplifier Ketaqwaan” kita. Agar keberkahan dari langit dan bumi ini dapat kita nikmati. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk masyarakat dan bangsa Indonesia tercinta. Puncaknya, Indonesia bergelar Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman karena ada ketaqwaan bangsanya.
Berarti salah satu tugas kita adalah mengimankan yang belum beriman ya pak? ..