Segala hal di dunia ini yang bersifat original dapat dipatenkan. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mendorong para praktisi akademis untuk mempatenkan karyanya. Tak pelak, pelbagai bentuk pelatihan dan sosialisasi untuk mendaftarkan paten diselenggarakan di banyak institusi pendidikan.

Mungkin sebagian besar dari kita berfikir bahwa sesuatu yang bisa dipatenkan haruslah sesuatu yang rumit. Jika anda adalah salah satu yang berfikir demikian maka bisa dipastikan paten adalah momok.

Sebagai manusia yang kreatif, ada baiknya kita memiliki banyak sudut pandang tentang bagaimana menyikapi sesuatu.

Tidak selalu harus dipandang rumit.

Salah satu tokoh yang menyikapi hal ini dengan santai tetapi solutif adalah rekan kami salah seorang dosen PENS, bapak Hendriawan.

Menurut dosen elektronika ini, paten berpijak pada uniqueness. Slide to open milik ios merupakan salah satu contoh sederhana suatu konsep yang bisa dipatenkan.

Demikian, kita bisa membuat bahasa baru yang nantinya bisa digunakan dengan teknologi speech recognition untuk voice command dan berbagai kebutuhan lainnya.

Misalnya, kita ciptakan kata “wezwezwez” untuk mewakili kata “aktifkan”.

Dengan teknologi digital signal processing, ini sangat memungkinkan.

Disaat orang sudah mulai bosan dengan “ok google” ataupun “slide to unlock” ataupun “aktifkan”, maka bisa jadi bahasa ” wezwezwez” menjadi sebuah paten yang marketable dan profitable.

Begitu ulasnya.

Sejenak sebelum panggilan koordinator lapangan sbmptn 2018 memanggil nama beliau untuk mendapatkan berkas ujian, saya sempat bertanya.

“Wah.. Berarti pak Hendriawan bisa segera mempatenkan ide tersebut. Kapan pak?”

” pak Aliv, ide ini datangnya dari Allah, jadi saya malu untuk mengakui bahwa itu adalah karya saya’