Setiap kali melihat foto air terjun yang indah, adakah di antara kalian yang mengira detail dari air – air yang jatuh itu asli tanpa diedit? Karena jujur saja, selama ini saya selalu mengira bahwa hasil foto – foto itu telah melalui proses editing terlebih dahulu demi memberikan kesan soft pada air yang sedang mengalir turun. Menurut saya, hasil foto – foto itu terlalu memukau sangking halusnya. Namun setelah saya mempelajari fotografi, akhirnya saya mengerti bahwa itu adalah hasil dari slow shutter speed, bukannya editan.
Shutter speed sendiri ialah kecepatan buka tutup rana/ sensor. Ketika Anda memotret, sensor akan terbuka beberapa saat sebelum kembali menutup. Dan kecepatan dari membuka hingga menutup kembali itulah yang disebut dengan shutter speed. Ketika anda memotret sesuatu yang bergerak, Anda bisa mendapatkan efek foto yang berbeda dengan shutter speed yang berbeda. Nah, yang akan kita bahas kali ini ialah slow shutter speed atau shutter speed lambat. Jika high shutter speed membekukan objek yang bergerak, sebaliknya slow shutter speed membuat objek menjadi blur dan seakan bererak lambat.
Dalam kasusnya, ketika objek bergerak ketika shutter terbuka, maka objek akan blur. Blur akibat gerakan objek disebut dengan ‘motion blur’. Sedangkan blur yang diakibatkan karena pergerakan kamera (camera shaking) disebut ‘camera blur’. Hasil keduanya cukup serupa. Namun, blur akibat pergeakan objek (motion blur) dianggap menjadi hal yang sah untuk mengekspresikan efek gerak dalam foto. Sebaliknya, camera blur/ camera motion justru dianggap sebagai sebuah kesalahan/ kegagalan dalam memotret.
Sama seperti fast shutter speed, slow shutter speed juga menggunakan satuan second. Penulisannya tentu lebih besar hasilnya dibanding fast shutter speed. 1/500 (1 dibagi 500) tentu jauh lebih cepat dibanding ½ (1 dibagi 2). 1/15, 1/8. 1/4, ½, sampai 1detik merupakan shutter speed yang lambat. Anda dapat memilih ekspresi motion yang anda inginkan dengan mengatur shutter speed kamera.
Teknik slow shutter speed paling sering digunakan untuk pergerakan mobil dan motor, kesibukan lalu lintas, keramaian orang berlalu lalang, dan air terjun. Slow shutter speed juga sangat disarankan untuk Anda yang ingin memotret suasana malam hari/ kondisi kurang cahaya. Hal ini karena bukaan rana yang lambat membuat cahaya masuk cukup banyak. Namun, kekurangan dari slow shutter speed yang harus diperhatikan adalah teknik ini sangat sensitive terhadap camera shaking. Sehingga Anda disarankan untuk selalu menggunakan tripod ketika memotret dengan slow shutter speed. Ini bertujuan untuk menghindari ‘kecacatan foto’.
Dengan slow shutter speed, Anda juga bisa mengkreasikan berbagai gaya maupun model foto. Berikut macam – macam foto yang bisa didapatkan dengan teknik slow shutter speed :
- Light Painting
- Photographing water movement
- Photographing cloud movement
- Day time long exposure
- Kinetic kamera movement
- Motion blur
- Panning
Terlepas dari semua yang ada di atas, objek apapun sebetulnya bisa Anda sulap menjadi sebuah foto yang indah dengan menggunakan slow shutter speed. Bagi saya, foto – foto slow shutter speed selalu memberikan kesan damai. Efek blur yang dihasilkan justru membuat tenang seperti seakan foto tersebut mengajak untuk rehat sejenak dari segala kesibukan dunia. Kalau menurut kalian bagaimana?
Recent Comments