Bukan karena latah dan galau, karena Pemerintah akan mengimpor tenaga pengajar untuk perguruan tinggi di Tanah Air. Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) Mohamad Nasir mengatakan, Indonesia memerlukan 200 tenaga dosen asing agar masuk reputasi dunia di bidang pendidikan. Menurut beliau:
“Salah satu indikator pengukurannya (reputasi dunia) adalah staff mobility. Staff mobility ini adalah dosen asing masuk ke Indonesia, demikian pula sebaliknya Indonesia di luar negeri,” kata Nasir di Gedung Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi, Jakarta, Selasa (referensi katadata.co.id).
Lalu tahun ini tema Dies Natalis PENS yang ke 30 Menuju World Class Polytechnic. Sekali lagi bukan karena program kemerinstekdikti tersebut, tema Dies Natalis PENS kali ini mengambil tema yang inline dengan kebijakan Dikti saat ini. Memang dalam renstra PENS 2018-2021, salah satu program perioritas PENS saat ini adalah menjadikan PENS menjadi kampus berskala internasional tidak cukup hanya institusi PENS terakreditasi A oleh BAN PT, tetapi juga nantinya harus terakreditasi internasional.
Meskipun berdirinya PENS sejak tahun 1988 atas dasar hibah JICA pemerintah Jepang, selain hibah gedung dan pelaratan infrastuktur, dimana selama pendirian dan pengembangannya di bina oleh expert dari dosen-dosen senior perguruan tinggi Jepang, dan pada akhirnya dosen-dosen PENS diminta oleh JICA untuk menjadi expert dosen di Rwanda untuk melatih beberapa dosen dalam pengembangan kompetensi pembelajaran yang terintegrasi dengan pemecahan masalah yang ada di industri disana. PENS juga selalu mengembangkan kemitraan jejaring internasional yang saat ini sudah mencapai 31 kerjasama luar negeri, dalam berbagai bidang antara lain student exchange, internship program, colaboration research, certification international etc.
Keseriusan program World Class Polytechnic ini sudah ditunjukan dengan kinerja Kantor Urusan Internasional PENS yang berlabel PICO (PENS International Cooperation). Program dan aktivitasnya sudah mulai berjalan secara rutin tiap tahunnya, dan jejaring kerjasama luar negerinya meningkat pesat. Tentu masih banyak pengembagan dan peningkatan layanan internasional yang terus menerus harus di lakukan oleh PICO sebagai pusat kator urusan internasional tersebut. Tidak mudah memang untuk menjadi World Class Polytechnic atau World Class University (lebih umum di sebut WCU).
Seperti kita ketahui World Class University juga kerap didefinisikan pada penilaian, perankingan, dan pengakuan yang berskala internasional pada universitas atau kampus di berbagai negara. Studi Levin, Jeong dan Ou (2006) menyebut beberapa tolok ukur skala pengakuan internasional world class university sebagai berikut.
1) Keunggulan penelitian (excellence in research), antara lain ditunjukkan dengan kualitas penelitian, produktivitas dan kreativitas penelitian, publikasi hasil penelitian, banyaknya lembaga donor yang bersedia membantu penelitian, adanya hak paten, dan sejenisnya.
2) Kebebasan akademik dan atmosfer kegembiraan intelektual.
3) Pengelolaan diri yang kuat (self-management).
4) Fasilitas dan pendanaan yang cukup memadai, termasuk berkolaborasi dengan lembaga internasional.
5) Keanekaragaman (diversity), antara lain kampus harus inklusif terdahap berbagai ranah sosial yang berbeda dari mahasiswa, termasuk keragaman ranah keilmuan.
6) Internasionalisasi, misal internasionalisasi program dengan meningkatkan pertukaran mahasiswa, masuknya mahasiswa internasional atau asing, internasionalisasi kurikulum, koneksi internasional dengan lembaga lain (kampus dan perusahaan di seluruh dunia) untuk mendirikan program berkelas dunia.
7) Kepemimpinan yang demokratis, yaitu dengan kompetisi terbuka antar-dosen dan mahasiswa, juga kolaborasi dengan konstituen eksternal.
8) Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
9) Kualitas pembelajaran dalam perkuliahan.
10) Koneksi dengan masyarakat atau kebutuhan komunitas.
11) Kolaborasi internal kampus.
Dengan beberapa tolok ukur itu kita mulai bisa menangkap apa yang dimaksud dengan kampus berkelas internasional, yakni kampus-kampus yang menempati peringkat besar dalam pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga dengan reputasi internasional. Beberapa lembaga pemeringkatan yang dikenal perguruan tinggi di Indonesia misalnya Times Higher Education Supplement (THES), Webometrics, dan Shanghai Jiao Tong University (SJTU).
Peringkat atau ranking inilah yang agaknya dimaksud oleh pihak kampus serta mereka yang sepakat dengan gagasan world class university di Indonesia sekarang ini. Dapat kita lihat betapa gegap gempitanya ketika beberapa kampus di Indonesia naik peringkat dalam pemeringkatan kampus ala THES misalnya. Dengan kata lain, kalau kampus-kampus di Indonesia ingin menjadi unversitas berkelas dunia, semua resources kampus tersebut sedang diupayakan untuk naik kelas dalam pemeringkatan THES, Webometrics, dan sejenisnya (Referensi Katadata.co.id).
Info lengkat tentang program dan aktifitas PICO bisa di akses di: http://pico.pens.ac.id/
Recent Comments