Robot juga Manusia (2)

Tiba-tiba saja teringat sebuah jargon yang saya sendiri tidak tahu kapan jargon ini mulai muncul. Namun ia melekat dan mengakar kuat di benak kebanyakan mahasiswa PENS. Jargon itu bertuliskan “Kampus Tradisi Juara”. Tradisi yang dimaksudkan disini mungkin adalah juara kontes robot, tentunya tanpa mengesampingkan banyak raihan prestasi di ajang lainnya. Ya…, kampus ini sudah 12 kali juara Kontes Robot Indonesia berturut-turut dan telah tercatat dalam Musium Rekor Indonesia (MURI). Memang asosiasi PENS dan robot sangat kuat, dan hampir tidak terpisahkan. Robot secara tidak langsung ikut andil mem-branding kampus ini menjadi terkenal. Dikenal karena kampus ini (hampir) selalu terpampang namanya di papan atas jawara kontes robot baik nasional maupun internasional. Ingat PENS, sudah pasti yang diingat adalah prestasi tim robotnya. Kembali lagi ke soal jargon. “Kampus Tradisi Juara” tertanam di alam bawah sadar mahasiswa tanpa disadari. Karena juara itu tradisi di kampus ini, karenanya kalau kalah berarti bukan tradisi kampus, bisa jadi ada yang mengartikan kalah adalah sesuatu yang buruk buat nama baik kampus. Bahkan ada ungkapan, “Menang ga kondang, kalah wirang” (kalau menang tidak menambah terkenal, kalau kalah membuat malu). Ada juga gurauan setengah serius di kalangan mahasiswa dulu, kalau sampai robot kalah, kalau kuliah “bakal tutupan ember” (pakai ember di kepala, untuk menutupi rasa malu). Ya itu menunjukkan luar biasa nya menjaga tradisi juara robot di kampus ini. Namun akhir-akhir ini, banyak pertanyaan datang bertubi-tubi, “Piye robote, koq iso...

Read More