Menjaga kualitas hidup yang bersih menjadi faktor yang mempengaruhi kesehatan setiap orang. Bertambahnya orang yang terinfeksi oleh Severe Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus 2 (SARS-CoV-2) di masa pandemi ini dapat menjadi inikator bahwa masih perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan. Peran kebersihan ini menjadi vital untuk mengurangi kemungkinan penyebaran virus sehingga angka penderita dapat berkurang. Permainan terbukti sebagai salah satu media yang mampu membantu manusia dalam mengubah perilaku atau kebiasaannya. Penelitian ini mengusulkan sebuah permainan daring dengan menggunakan teknologi Hand Tracking dan Virtual Reality (VR) untuk menimbulkan kebiasaan bersih pada masyarakat. Teknologi Hand Tracking pada Virtual Reality dapat menerjemahkan gerakan jari di dunia nyata menjadi objek jari di dunia virtual. Melalui konsep dasar ini, mekanik permainan akan membuat pemain memahami menjaga kebersihan melalui dunia virtual seperti menggunakan sabun hingga gerakan mencuci tangan. Dengan pendekatan ini, diharapkan kebiasaan menjaga kebersihan dapat teraplikasikan pemain di dunia nyata. Permainan didesain untuk dapat dimainkan secara daring juga agar pemain dapat berinteraksi dengan pemain lain secara virtual demi menghindari terjadinya pertemuan langsung. Dengan mengurangi pertemuan langsung yang menyebabkan kontak fisik ini juga akan mengurangi kemungkinan penyebaran virus.

Permainan daring; virtual reality; hand tracking; SARS-CoV-2.

Mayoritas penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara video game dan perilaku maupun kebiasaan pemain. Pada studi yang dilakukan oleh Quaider dan lainnya, para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa video game berdampak pada kepribadian pemain, seperti emosi, refleks, perilaku, motivasi, kebutuhan, cara berpikir dan pendekatan situasi internal dan eksternal[1]. Kesimpulan yang didapatkan dari sudut pandang dari semua peneliti di studi tersebut adalah dampak dari video game tersebut tingkah laku dan emosi para pemain tidak bisa diabaikan. Menurut penelitian lain yang telah mempelajari aspek dampak permainan secara medis, disebutkan bahwa neuron dalam tubuh manusia menangani efek yang terjadi saat bermain video game sama seperti menangani efek di dunia nyata[2]. Atas dasar ide ini, penelitian yang dilakukan dianggap relevan untuk dapat membiasakan hidup bersih di dunia nyata melalui permainan virtual.

Permainan ini juga didesain agar pemain dapat bersosialisasi dengan orang lain secara virtual tanpa bertemu langsung demi mengurangi penyebaran virus. Studi menyatakan dengan mempopulerkan perangkat VR dan kematangan teknologi interaksi VR dan dengan alasan melindungi privasi pribadi pengguna, VR sosial akan menjadi bentuk baru komunikasi sosial di masa depan[3]. Saat ini, orang mengakses media sosial melalui smartphone dan komputer tablet, tetapi di masa depan, perangkat VR dapat mentransfer banyak aktivitas yang membutuhkan kehadiran fisik ke VR. Hal ini memberikan pengguna lebih banyak kebebasan untuk memutuskan bagaimana menampilkan diri mereka sebagai orang lain di Internet. VR sosial bisa dikatakan benar-benar mencapai “kehadiran” jika dibandingkan sosial media konvensinal saat ini[3]. Sampai batas tertentu, VR sosial adalah sosial yang nyata. Selain masalah teknis yang harus diatasi, yang perlu dilakukan juga adalah mengurangi risiko dan bahaya yang disebabkan oleh VR sosial. Sebagai kesimpulan, era sosial baru di seperti desain permainan ini harus dirangkul dengan sikap yang positif dan hati-hati terlebih di masa pandemi sekarang.

Daftar Pustaka

[1]M. Quwaider, A. Alabed, and R. Duwairi, “The Impact of Video Games on the Players Behaviors: A Survey,” Procedia Computer Science, vol. 151, pp. 575–582, 2019, doi: 10.1016/j.procs.2019.04.077.
[2]F. Bayraktar and H. Amca, “Interrelations between virtual-world and real-world activities: comparison of genders, age groups, and pathological and nonpathological Internet users,” Cyberpsychology Behav. Soc. Netw., vol. 15, no. 5, pp. 263–269, May 2012.
[3]M. Wang, “Social VR : A New Form of Social Communication in the Future or a Beautiful Illusion?,” J. Phys.: Conf. Ser., vol. 1518, p. 012032, Apr. 2020, doi: 10.1088/1742-6596/1518/1/012032.