Di tengah situasi pandemi ini, kita diminta untuk semaksimal mungkin membatasi aktivitas di luar rumah. Selain pergi bekerja, kita dianjurkan untuk keluar hanya ketika ada kepentingan mendesak saja. Kalau sudah seperti ini, jalan-jalan untuk mencari hiburan bersama keluarga pun tidak bisa kita lakukan. Oleh karena itu, kita harus menemukan alternatif lain untuk menghindari rasa jenuh dan stres. Salah satu pilihan yang dapat dicoba oleh keluarga adalah dengan bermain board game seperti Catan.
Catan, atau yang sebelumnya dikenal dengan nama The Settlers of Catan, merupakan sebuah multiplayer board game yang diperkenalkan pada tahun 1995 silam. Pada permainan yang bertemakan strategi ini, masing-masing pemain akan mengambil peran sebagai penduduk. Para penduduk ini nantinya harus membangun dan mengembangkan pemukiman mereka, sekaligus berdagang dan mencari sumber daya.
Pemain dapat membangun pemukiman mereka dengan mengandalkan sumber daya berupa domba, gandum, kayu, batu bata, dan bijih mineral. Selain itu, pemain juga bisa meningkatkan level dari pemukiman kecil menjadi kota, bertukar sumber daya, serta berdagang di luar pulau. Adapun seluruh sember daya tersebut dapat diperoleh dari berbagai lahan yang berbeda.
Untuk memenangkan permainan ini, pemain harus bisa memperoleh 10 “victory poin”. Pemain akan memperoleh 1 poin untuk satu pemukiman, dan 2 poin untuk satu kota yang dimilikinya. Pemain juga dapat memperoleh poin tambahan apabila berhasil membangun jalan terpanjang, mendirikan pasukan terbesar, dan sebagainya.
Gameplay dari board game Catan ini bisa dinilai sebagai suatu hal yang baru bagi beberapa orang di Indonesia. Tidak seperti board game yang sudah sering dimainkan seperti Monopoly, Ular Tangga, Uno, dan berbagai permainan kartu lainnya. Melalui permainan ini, bisa jadi keluarga dapat memanfaatkan momentum untuk membangun komunikasi dan meningkatkan keakraban. Adanya intensitas komunikasi yang sering dilakukan orangtua kepada anak-anaknya, membuat tingkat keakraban dalam keluarga semakin besar [1].
Keakraban dapat diartikan sebagai ikatan emosional positif di mana di dalamnya termasuk saling pengertian dan dukungan [2]. Hubungan akrab ini tumbuh perlahan sepanjang waktu dengan adanya pengaruh interaksi, dukungan, keterbukaan diri, dan penerimaan. Oleh karena itu orangtua harus bisa membangun keakraban dengan anak-anaknya sejak dini, agar anak berkembang menjadi seseorang yang dekat dengan kedua orangtuanya.
Selain membangun komunikasi dan keakraban dengan keluarga, board game juga dapat berperan sebagai media pengusir stres. Dengan situasi yang mengharuskan kita untuk menetap di rumah ini, kita akan rentan terhadap rasa bosan dan jenuh. TV dan handphone bisa menjadi alternatif hiburan, tetapi tidak dapat dipungkiri juga jika kedua media tersebut menjadi membosankan. Lama kelamaan, stres pun tidak dapat dihindarkan. Padahal, stres itu sendiri dapat berpengaruh buruk bagi tubuh dan kesehatan kita.
Stres adalah reaksi psiko-fisiologis tubuh terhadap berbagai rangsangan emosional atau fisik yang mengganggu homeostasis, dan dapat mengeksaserbasi penyakit hasil dari infeksi bakteri dan virus pada hewan dan manusia [3]. Pengaruh dari stres ini beragam, mulai dari suasana hati, rasa cemas, kesulitan untuk tidur, sakit kepala, hingga jantung berdebar keras [4]. Kondisi-kondisi seperti ini, tentunya akan berdampak pada kesehatan kita. Terutama sistem imun yang berperan sebagai daya tahan tubuh, bisa jadi terpengaruh sehingga kita jatuh sakit.
Oleh karena itu, kita harus memperhatikan kondisi keluarga dengan sebaik mungkin. Bangun komunikasi yang baik antar satu sama lain, sehingga kita dapat memberikan dukungan untuk keluarga. Hindari stres dengan bercengkrama bersama, sembari mencari hiburan yang sekiranya dapat ditemukan di rumah. Salah satu jalan yang bisa diambil keluarga adalah dengan bermain dan belajar. Bermain sebuah board game seperti Catan, akan membutuhkan komunikasi dengan pemain lain. Di mulai dari sanalah komunikasi dan keakraban keluarga dapat terjalin, sekaligus sebagai jalan keluar untuk menghindari stres.
Daftar Pustaka
[1] Sumartono, J. M. Rizaldi, “Kualitas Komunikasi Keluarga dan Tingkat Keakraban pada Anak”. Komunikologi: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonusa Esa Unggul, vol.14, no. 2, pp. 89-97, September 2007.
[2] Smith, R. Eliot, M. M. Diane, Social Psychology 2nd Edition, Philadelpia, Psychology Press, 2000.
[3] S. H. Daliemunthe, “Hubungan Stress Dengan Penyakit Dan Perawatan Periodontal”, 2008. [Online]. Available: https://docplayer.info/34138842-Hubungan-stres-dengan-penyakit-dan-perawatan-periodontal.html. [Accessed: 14-Okt-2020]
[4] E. Brewer, J. McMaha-Landers, “The Relationship Between Job Stress and Job Satisfaction Among Industrial and Technical Teacher Educators”. Journal of Career and Technical Education, E-Journals JVER, vol. 28, pp. 37-50, September 2003.
Recent Comments