Mulai dari Sekolah Dasar kita diwajibkan ikut upacara bendera. Tentu itu waktu yang cukup lama dan mungkin itu menimbulkan banyak kesan yang berbeda. Ada yang tetap happy-happy saja, ada yang mengeluh, ada yang apatis dan masih banyak yang lain. Itu semua biasa saja, tetapi bila ada yang melarang bahkan mengharamkan upacar bendera, nah ini yang termasuk aneh dan memprihatinkan.
Kalau dilihat dari kegiatan upacara bendera, dari dulu sampai sekarang ya tetap begitu-begitu saja. Mulai dari pemimpin upacara memulai upacara dengan ijin pembina upacara, pengibaran bendera pembacaan Pancasila, pembacaan Pembukaan UUD 1945, Ceramah dari Pembina Upacara dan pembacaan doa. Kalaupun ada tambahan, ya paling-paling pada upacaa tertentu seperti pembacaan Sumpah Pemuda pada upacara 28 Oktober, pembacaan kata-kata mutiara dari para Pahlawan pada upacara 10 Nopember, dan yang lainnya. Jadi konsepnya memang terasa membosankan apalagi harus berbaris di cuaca yang panas. Tapi tunggu dulu, tolong dibaca sampai selesai ya.
Kalau kita melihat kegiatan upacara bendera. Semua petugas berusaha melakukan tugasnya sebaik-baiknya karena salah satu saja yang luput, maka kesakralan upacara akan terganggu. Mari kita perhatikan bagaimana pengibar bendera harus menyesuaikan naiknya bendera dengan lagu Indonesia yang berkumandang. Sebuah keselarasan yang kalau kita mau memaknai akan membuat kita berpikir lebih jauh bagaimana membuat bangsa ini menjadi kuat dan bagaimana sebuah organisasi bisa maju. Kegiatan upacara ini harus diatur oleh sebuah komposer yang tidak memperlihatkan dirinya, karena komposernya harus berada di belakang layar. Hanya pemain-pemainnya yang maju dan berjaya. Bayangkan kalau sepak bola nasional kita yang selalu memperlihatkan pemainnya sebagai manusia seutuhnya dalam sebuah sistem, bukan komposernya yang mau terkenal sendiri, mungkin saat ini sepak bola nasional kita sudah menjadi raja setidaknya level Asia Tenggara. Loh… ya itu analoginya.
Begitu juga dengan peserta upacara bendera. Peserta upacara bendera harus mengikuti peraturan sampai upacara selesai. Mereka tidak boleh memprotes siapapun yang menjadi pemimpin upacara, bahkan harus mematuhinya. Tentu saja, pemimpin upacara juga tahu tentang tugasnya. Kalau kita menjadi peserta upacara, setidaknya kita tidak akan membuat keributan karena kita sadar bahwa itu akan membuat sistem yang dijalankan dalam upacara akan terganggu.
Apakah upacara bendera akan mempengaruhi nasionalisme? Itu bisa, namun bukan sebuah kepastian. Yang jelas dengan upacara kita tahu bahwa kita punya identitas bangsa seperti bendera dan dasar negara. Soal rasa nasionalisme itu soal hati, teapi coba kita amati pada diri kita sendiri. Kalau kita berada di luar negeri dan bertemu sesama orang Indonesia, apakah ada rasa bahagia atau gembira? Kalau yang belum ke luar negeri, ya silahkan mencari cara untuk bisa ke luar negeri. Selalu banyak jalan menuju Roma meskipun sekarang Ronaldo masih di Juventus. Ups.
Ada satu hal yang perlu kita perhatikan, yang mungkin selama ini kita tidak pernah pikirkan. Ketika kita kerja atau belajar di sebuah institusi, kita tentu punya banyak teman. Nah, apakah dalam keseharian kita bisa semua teman-teman kita meskipun satu kantor atau satu kampus atau satu sekolah? Tidak kan. Ketika ada kegiatan upacara bendera ini, semua akan akan hadir. Nah, kita bisa bertemu dengan teman-teman yang mungkin tidak bisa kita temui dalam keseharian karena kesibukan kita masing-masing. Bukankah ini sebuah cara yang jitu untuk memupuk silaturrahmi, dan bukankah silaturrahmi itu salah satu jalan untuk menuju sukses kalau tidak dikatakan kewajiban bagi setiap orang yang beragama.
Jadi kenapa kita tidak ikut upacara?
Recent Comments