Select Page

Author: Edi Satriyanto

Upaya PENS dalam Pengembangan dan Penerapan Digital Ekonomi

Sedikit sharing Bagaimana Pengembangan dan Penerapan Digital Ekonomi di PENS? Pembahasan Digital Ekonomi saat ini jadi viral…apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kurikulum pendidikan di Indonesia bisa fleksibel mengikuti perkembangan zaman. Pasalnya, kurikulum pendidikan menjadi salah satu indikator pendukung terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. “Kurikulum kita harus fleksibel, enggak bisa kaku terus karena perkembangan, perubahan dari detik ke detik berubah-ubah.” kata Jokowi dalam acara CEO Forum di Hotel Raffles, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (referensi detik.com). “Universitas kita sudah terlalu lama tidak berubah mungkin 30 tahun. Tahun, tahun, fakultasnya itu-itu saja. Ekonomi, jurusannya Akuntansi, Manajemen Pembangunan, Studi Pembangunan. Padahal dunia sudah berubah,” sebut dia dalam perhelatan tersebut. Padahal menurut Jokowi, dengan perkembangan dunia industri saat ini, harusnya Indonesia memiliki perguruan tinggi yang mengajarkan tentang ekonomi digital. “Sekarang enggak ada di kita ini jurusan digital ekonomi, ritel manajemen enggak ada. Jurusan toko online enggak ada,” sebut dia dalam acara yang dihadiri ekonom dan pelaku industri jasa keuangan tersebut . Harusnya dunia pendidikan bisa berubah mengikuti perkembangan zaman agar lulusannya bisa menjawab permasalahan yang tengah dihadapi dunia industri saat ini. Lalu pertanyaannya bagaimana dengan PENS,pengembangan dan penerapannya seperti apa dalam menjawab kegundahan pak Jokowi tersebut. Apa PENS harus memiliki prodi Ekonomi Digital untuk mengaplikasikan era Industri 4.0 tsb. Berikut ini sedikit sharing  tentang yang sudah dikerjakan PENS dalam mendukung Ekonomi Digital...

Read More

Bermesraan dalam membangun, memelihara dan mengembangkan Industri

    Bagian solusi terpenting dalam pengembangan Pendidikan Tinggi Vokasi di Indonesia wajib hukumnya harus bisa bermesraan dalam berkolaborasi dan bersinergi dengan Industri baik industri lokal, industri regional maupun industri di negara lain. Industri-industri inilah yang akan memperbesarkan dan menghebatkan Politeknik sebagai institusi pendidikan tinggi vokasi yang semuanya sangat tergantung dari industri, bagaimana mungkin kurikulum program studi di Politeknik yang berbasis praktikum di  laboratorium tanpa sentuhan industri ? bagaimana mungkin mahasiswa politeknik yang harus kerja praktik industrinya tidak di fasilitasi industri? bagaimana mungkin lulusan politeknik yang siap kerja tidak di beri akses industri? bagaimana mungkin riset-riset dosen Politeknik yang berbasis riset terapan tidak kolaborasi dengan industri? dan seterusnya, intinya Politeknik tanpa dengan industri akan mengurangi kepercayaan masyarakat akan kualitas pendidikan tersebut dan mubadzir dalam menyiapkan SDM yang berkualitas. Ibarat makan tidak ada lauk pauknya, ibarat laut tidak ada airnya, ibarat pohon durian menambah kolestrol (bagi yang kolestrolnya tinggi jangan makan durian banyak-banyak, mending dikirim ke tetangga sebelah :-D) itulah industri betapa pentingnya dalam pendidikan vokasi…. Lalu pertanyaannya, apakah mudah membangun kerjasama dengan industri sehingga Politekinik-politeknik d Indoensia berbasis industri? lalu bagaimana strategi dalam memelihara kerjasama industri yang sudah dilakukan? dan bagaimana mengembangkan kemitraan industri sehingga tidak hanya sekedar seremonial MoU saja tetapi benar-benar ada aksi dan reaksinya, keberkahan dan inovasi bersama yang mutual benefit yang dikerjakan bersama. Memang butuh energi yang tidaklah sedikit dan tidak boleh dianggap enteng untuk menjawab...

Read More
  • 1
  • 2

Pin It on Pinterest